Nama : Egi M
firdaus
Kelas : 3ID02
NPM : 32415127
Pertumbuhan dan Pertambahan Penduduk
A. Landasan Perkembangan Penduduk di
Indonesia.
Pertumbuhan
penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat dihitung sebagai
perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan "per
waktu unit" untuk pengukuran. Sebutan pertumbuhan penduduk merujuk pada
semua spesies, tapi selalu mengarah pada manusia, dan sering digunakan secara
informal untuk sebutan demografi nilai pertumbuhan penduduk, dan digunakan
untuk merujuk pada perubahan penduduk dunia. Maka yang melandasi
perkembangan penduduk di Indonesia adalah banyaknya kelahiran di bandingkan
dengan kematian dan banyaknya imigran dari desa ke kota yang menumpuknya
manusia di kota dan sedangkan yang di desa berkurang. Banyaknya imigran dari
desa ke kota dikarenakan dikitnya atau kurangnya lapangan pekerjaan dibandingkan
dengan di kota-kota yang membuat orang desa mencari makan di kota dan
menyebabkan banyaknya atau menumpuknya orang di kota.
B.
Perkembangan Penduduk di Indonesia.
Perkembangan penduduk di Indonesia dikarenakan banyaknya
atau meningkatnya data kelahiran per hari di bandingkan data kematian per hari
yang mengakibatnya banyaknya kehidupan tidak sebanding banyaknya kematian yang
mengakibatkan penumpukan atau pertambahan penduduk di Indonesia semakin tahun
semakin bertambah. Hasil sensus penduduk 2010 tercatat 237,6 juta jiwa sebagai
bukti pertumbuhan penduduk Indonesia 5 tahun lebih cepat dari proyeksi BPS.
Karena proyeksi semula, tahun 2010 baru berjumlah 234,2 juta dan tahun 2015
berkisar 237,8 juta jiwa. Kenyataannya, tahun 2010 penduduk Indonesia sudah
mencapai 237,6 juta jiwa. Demikian diungkapkan direktur Jaminan dan Pelayanan
KB, BKKBN Pusat, Setia Edi dalam acara peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia di
Jakarta, yang dirilis bkkbn.co.id, Sabtu (25/9/2010). Ia mengingatkan, jika
program KB diabaikan maka pertumbuhan penduduk Indonesia tak terkendali.
"Pengnedalian penduduk harus menjadi prioritas. Apalagi
kesehatan dan usia harapan hidup meningkat sehingga tanpa pengendalian rawan
terjadi ledakan jumlah penduduk. Jumlah penduduk 237,6 juta mendekati proyeksi
BPS untuk jumlah penduduk tahun 2015 yakni 237,8 juta jiwa. Angka itu sudah
tercapai sekarang. Dengan melencengnya proyeksi itu, jumlah penduduk
diperkirakan 264,4 juta tahun 2015," ujar dia. Pemerintah mempunyai target
baru. Pada 2014 ditargetkan angka fertilitas total (angka kelahiran/TFR) 2,1
dan pengguna kontrasepsi 65 persen. Saat ini TFR 2,3 dan pengguna kontrasepsi
61,4 persen. Selain itu ditargetkan empat tahun ke depan 'unmeet need' 5 persen
dan usia kawin pertama 21 tahun. Kendala program KB adalah otonomi daerah yang
mengakibatkan keterputusan koordinasi dan implementasi program secara luas.
Tidak semua daerah mempunyai struktur yang khusus mengurusi KB. Di tengah
perubahan itu fungsi petugas penyuluh lapangan KB (PLKB) juga tergerus karena
kurang dukungan. Padahal PLKB penting untuk mengedukasi dan memberikan
konseling sehingga masyarakat dapat merencanakan keluarga dengan baik dan
rasional.
C.
Pertambahan Penduduk dan Lingkungan Pemukiman.
Penataan ruang tidak lagi semata menjembatani kepentingan
ekonomi dan sosial. Lebih jauh dari kedua hal itu (ekonomi dan sosial),
penataan ruang telah berubah orientasinya pada aspek yang benar-benar berpihak
untuk kepentingan lingkungan hidup, sebagai konsekuensi keikut-sertaan
Indonesia pada upaya menekan pemanasan global. Dalam UU No. 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang, telah ditegaskan mengenai tujuan penyelenggaraan
penataan ruang yaitu mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman,
produktif, dan berkelanjutan, serta menciptakan keharmonisan antara lingkungan
alam dan lingkungan buatan.
Keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan
memperhatikan sumber daya manusia; serta perlindungan fungsi ruang dan
pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
Penataan
ruang yang berpihak pada lingkungan hidup perlu ditegakkan bersama karena
sebelumnya, logika penataan ruang yang hanya mengikuti selera pasar, dalam
kenyataan telah mengancam keberlanjutan. Hal ini dapat dicermati dari
keberadaan lahan-lahan produktif dan kawasan buffer zone berada dalam ancaman
akibat konversi lahan secara besar-besaran untuk kepentingan penyediaan lahan
yang mempunyai land rent tinggi seperti peruntukan lahan untuk permukiman,
industri, perdagangan serta pusat-pusat perbelanjaan. Diperkirakan sekitar 15
ribu – 20 ribu ha per tahun lahan pertanian beririgasi beralih fungsi menjadi
lahan non pertanian, serta tidak sedikit kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS)
terdegradasi. Berdasarkan data (Bappenas, 2002) terdapat sekitar 62 daerah
Aliran Sungai (dari 470 Daerah Aliran Sungai) terdegradas akibat dari
penebangan hutan yang tidak terkendali dari hulu sungai. Tekanan lingkungan
lainnya adalah menyangkut laju urbanisasi yang akan tumbuh sekitar 4,4 persen
per tahun. Oleh karena itu diperkirakan, pada tahun 2025 nanti terdapat sekitar
60 persen penduduk Indonesia (167 juta orang) berada di perkotaan. Bila
penataan ruang tidak mengikuti logika pembangunan keberlanjutan, maka dapat
dipastikan bahwa kota-kota besar yang telah berkembang saat ini akan selalu
berada tekanan social yang sangat tinggi. Dilihat dari perspektif ekologis
bahwa pertumbuhan penduduk yang cepat dapat berdampak kepada meningkatnya
kepadatan penduduk, sehingga menyebabkan ketidakseimbangan mutu lingkungan
secara menyeluruh. Menurut Soemarwoto (1991:230-250) bahwa secara rinci dampak
kepadatan penduduk sebagai akibat laju pertumbuhan penduduk yang cepat terhadap
kelestarian lingkungan adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya limbah rumah tangga
sering disebut dengan limbah domestik. Dengan naiknya kepadatan penduduk
berarti jumlah orang persatuan luas bertambah. Karena itu jumlah produksi
limbah persatuan luas juga bertambah. Dapat juga dikatakan di daerah dengan
kepadatan penduduk yang tinggi, terjadi konsentrasi produksi limbah.
2. Pertumbuhan penduduk yang terjadi
bersamaan dengan pertumbuhan ekonomi dan teknologi yang melahirkan industri dan
sistem transport modern. Industri dan transport menghasilkan berturut-turut
limbah industri dan limbah transport. Di daerah industri juga terdapat
kepadatan penduduk yang tinggi dan transport yang ramai. Di daerah ini terdapat
produksi limbah domsetik, limbah industri dan limbah transport.
3. Akibat pertambahan penduduk juga
mengakibatkan peningkatan kebutuhan pangan. Kenaikan kebutuhan pangan dapat
dipenuhi dengan intensifikasi lahan pertanian, antara lain dengan mengunakan
pupuk pestisida, yang notebene merupakan sumber pencemaran. Untuk masyarakat
pedesaan yang menggantungkan hidupnya pada lahan pertanian, maka seiring dengan
pertambahan penduduk, kebutuhan akan lahan pertanian juga akan meningkat.
Sehingga ekploitasi hutan untuk membuka lahan pertanian baru banyak dilakukan.
Akibatnya daya dukung lingkungan menjadi menurun. Bagi mereka para peladang
berpindah, dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk yang sedemikian cepat,
berarti menyebabkan tekanan penduduk terhadap lahan juga meningkat. Akibatnya
proses pemulihan lahan mengalami percepatan. Yang tadinya memakan waktu 25
tahun, tetapi dengan semakin meningkatnya tekanan penduduk terhadap lahan maka
bisa berkurang menjadi 5 tahun. Saat dimana lahan yang baru ditinggalkan belum
pulih kesuburannya.
4. Makin besar jumlah penduduk,
makin besar kebutuhan akan sumber daya. Untuk penduduk agraris, meningkatnya
kebutuhan sumber daya ini terutama lahan dan air. Dengan berkembangnya
teknologi dan ekonomi, kebutuhan akan sumber daya lain juga meningkat, yaitu
bahan bakar dan bahan mentah untuk industri. Dengan makin meningkatnya
kebutuhan sumber daya itu, terjadilah penyusutan sumber daya. Penyusutan sumber
daya berkaitan erat dengan pencemaran. Makin besar pencemaran sumber daya, laju
penyusunan makin besar dan pada umumnya makin besar pula pencemaran.
Tingkat
laju pertumbuhan Indonesia dalam beberapa tahun ke depan bukan mustahil akan
menyalip Amerika Serikat. Jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai 227 juta
jiwa, sedangkan penduduk AS berjumlah 315 juta jiwa. Dari hasil survei,
pertumbuhan penduduk Indonesia per tahun bertambah 3,2 juta jiwa. Secara
kuantitas jumlah ini sama dengan jumlah seluruh penduduk Singapura. Kepala
BKKBN Sugiri Syarief menunjukkan bahwa program KB ternyata mengalami stagnasi
dengan angka rata-rata seorang wanita mempunyai anak selama masa subur secara
nasional pada 2007 tetap berada di angka 2,6 dibanding 2003. Jumlah penduduk
Indonesia saat ini menduduki nomor empat terbanyak di dunia setelah China
dengan 1,3 miliar jiwa, India dengan 1,2 miliar, dan AS nomor ketiga dengan 315
juta. (Republika, 2 Juni 2009). Bergesernya pola hidup masyarakat dan tingginya
tuntutan hidup modern yang makin sulit dikejar menyebabkan terjadinya banyak
stressor atau penyebab stress yang menyerang masyarakat metropolis. Tidak
mengherankan bila gangguan kejiwaan pun menjadi salahsatu penyakit tren
masyarakat kota dewasa ini. Indikatornya, jelas terlihat dari banyaknya pasien
non psikosa (bukan kejiwaan) yang dirawat instalasi Ilmu Kedokteran Jiwa
berbagai RSU. Sebelum berakibat lebih parah, selayaknya kita bercermin pada
berbagai kejadian khusus yang cenderung muncul di perkotaan. Jakarta, Surabaya,
Medan dan kota besar lainnya tidak hanya tampak indah dengan gedung-gedung
pencakar langit dengan arsitektur modern dan deretan mobil mewah yang
berseliweran. Kota-kota ini tidak hanya gagah karena gemerlapnya lampu-lampu
kota yang menghidupkan suasana malam. Namun, di balik gemerlap semua itu, kota
ini juga mempunyai berbagai masalah pelik sebagai kota besar yang notabene
menjadi sasaran kaum urban sebagaimana dialami kota-kota besar lain di berbagai
belahan dunia. Akumulasi berbagai masalah klasik akibat peningkatan jumlah
penduduk kota yang cepat makin dirasakan dampaknya, mulai dari kemiskinan,
pencemaran, pengangguran, hingga kriminalitas dan sebagainya. Diperburuk lagi,
kini banyak problema lingkungan hidup kota sehingga pelestarian lingkungan
makin berkurang dan perencanaan kota jadi tidak sesuai dengan kenyataan akibat
pengaturan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) baik kota maupun propinsi yang
sering tidak sinkron. Buntut dari rangkaian masalah itu tidak lain adalah
tingkat daya dukung kota terhadap kehidupan warga yang makin rendah.
Mengalami
Lonjakan Secara umum, pertumbuhan penduduk kota-kota di dunia cenderung
mengalami lonjakan yang sangat fenomenal, sementara pada saat yang sama,
kualitas lingkungan cenderung menurun. Lebih dari setengah jumlah penduduk di
dunia sekarang ini tinggal di perkotaan. Masalah-masalah perkotaan, seperti
kepadatan lalu lintas, pencemaran udara, perumahan dan pelayanan masyarakat
yang kurang layak, kriminal, kekerasan dan penggunaan obat-obat terlarang
menjadi masalah yang harus dihadapi masyarakat perkotaan. Sangat wajar, apabila
kecenderungan tersebut terus-menerus tidak ditangani maksimal, ibarat bola
salju yang makin lama makin membesar, dan akhirnya memicu runtuhnya kekuatan
psikologis masyarakat.
Jika penduduk Surabaya tahun 2010 diasumsikan berjumlah 5 juta jiwa, berarti setiap
jiwa hanya disuplai oleh lingkungan alam lebih kurang seluas 650 meter persegi,
padahal dalam suplai udara bersih, tidak ada ruang lagi untuk mendapatkannya.
Penyebabnya adalah jumlah penggunaan kendaraan bermotor yang makin meningkat
sehingga akan menghasilkan gas polutan bahan-bahan insektisida. Masalah polusi
udara di dalam ruangan adalah yang paling kerap kita hadapi sehari-hari.
Menurut laporan EPA (Environmental Protection Agency) 26.000 jiwa meninggal
dalam setiap tahunnya yang diakibatkan dari polusi udara dalam ruangan.
Sementara menurut laporan WHO sebanyak 12,5 juta jiwa mengalami gangguan
kesehatan akibat polusi udara tersebut.(Sardiyoko:2002).
D. Pertumbuhan Penduduk dan Tingkat
Pendidikan.
Pertumbuhan
penduduk yang relatif (masih) tinggi ini merupakan suatu masalah yang terus
diupayakan pengendalian pertumbuhannya. Hal ini, jika tidak dilakukan sedini
mungkin, akan berpengaruh terhadap mutu kehidupan yang kian hari makin merosot.
Salah satu hal yang dilakukan yaitu melalui program Keluarga Berencana dengan
berbagai caranya yaitu penggunaan alat-alat kontrasepsi. Namun berbagai
hambatan baik berupa agama, adat dan alasan ekonomi turut berperan; walaupun
tujuan program ini sangat penting dalam menunjang meningkatnya taraf hidup
keluarga.
Salah
satu langkah yang penting guna menunjang dan menyadarkan penduduk tentang
tujuan program keluarga berencana, yaitu melalui pendidikan. Sebab pada
prinsipnya bahwa pendidikan selalu membawa penduduk ke arah perubahan pemikiran
yang positif dalam menunjang pembangunan, yaitu peningkatan taraf hidup
penduduk guna mencapai tujuan pembangunan nasional.
Pendidikan
sangat penting karena untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Dengan adanya
pertumbuhan dan tingkat pendidikan kita bisa mengetahui seberapa jauh tingkat
pemikiran kita tentang pendidikan. Dengan demikian, maka penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat (derajad) antara tingkat
pendidikan penduduk dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi.
E. Pertumbuhan Penduduk dan Penyakit
Yang Berkaitan Dengan Lingkungan Hidup.
Pertumbuhan
penduduk adalah perubahan jumlah penduduk baik pertambahan maupun penurunannya.
Adapun faktor - faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah kelahiran,
kematian, dan perpindahan penduduk. Kelahiran dan kematian dinamakan faktor
alami sedangkan perpindahan penduduk adalah faktor non alami. Migrasi ada dua
yaitu migrasi masuk yang artinya menambah jumlah penduduk sedangkan migrasi
keluar adalah mengurangi jumlah penduduk. Migrasi itu biasa terjadi karena pada
tempat orang itu tinggal kurang ada fasilitas yang memadai. Selain itu juga
kebanyakan kurangnya lapangan kerja. Maka dari itu banyaklah orang yang
melakukan migrasi. Dalam masalah ini maka penduduk tidak aka jauh dengan
masalah kesehatan atau penyakit yang melanda penduduk tersebut,dikarenakan
lingkungan yang kurang terawat ataupun pemukiman yang kumuh,seperti limbah
pabrik,selokan yang tidak terawat yang menyebabkan segala penyakit akan melanda
para penghuni wilayah tersebut yang mengakibatkan kematian dan terjadi
pengurangan jumlah penduduk Untuk menjamin kesehatan bagi semua orang di lingkunan
yang sehat, perlu jauh lebih banyak daripada hanya penggunaan teknologi
medikal, atau usaha sendiri dalam semua sektor kesehatan.
Usaha-usaha secara terintegrasi dari
semua sektor, termasuk organisasi-organisasi, individu-individu, dan
masyarakat, diperlukan untuk pengembangan pembangunan sosio-ekonomi yang
berkelanjutan dan manusiawi, menjamin dasar lingkungan hidup dalam menyelesaikan
masalah-masalah kesehatan.
Seperti
semua makhluk hidup, manusia juga bergantung pada lingkungannya untuk memenuhi
keperluan-keperluan kesehatan dan kelangsungan hidup.
Kesehatanlah yang rugi apabila lingkungan tidak lagi
memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia akan makanan, air, sanitasi, dan tempat
perlindungan yang cukup dan aman- karena kurangnya sumber-sumber atau
distribusi yang tidak merata.
Kesehatanlah yang rugi apabila
orang-orang menghadapi unsur-unsur lingkungan yang tidak ramah- seperti
binatang-binatang mikro, bahan-bahan beracun, musuh bersenjata atau supir-supir
yang mabuk. Kesehatan manusia adalah keperluan
dasar untuk pembangunan berkelanjutan. Tanpa kesehatan, manusia tidak dapat
membangun apa pun, tidak dapat menentang kemiskinan, atau melestarikan
lingkungan hidupnya. Sebaliknya, pelestarian lingkungan hidup merupakan hal
pokok untuk kesejahteraan manusia dan proses pembangunan. Lingkungan yang sehat
menghasilkan masyarakat yang sehat, sebaliknya lingkungan yang tidak sehat
menyebabkan banya
F. Pertumbuha Penduduk dan Kelaparan.
Pertumbuhan
penduduk adalah perubahan suatu wilayah yang dikarenakan bertambahnya angka
kelahiran maupun berkurangnya jumlah penduduk yang dikarenakan angka kematian
bertambah,perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain atau ke tempat
lain seperti migrasi,transmigrasi dab sebagainya.jumlah penduduk disuatu
wilayah saat ini sangat mencemaskan selain bertambahnya jumlah penduduk maka
semakin sempit pula bagi mereka yang untuk mendapatka lapangan pekerjaan
ataupun untuk mencari mata pencarian mereka untuk menjalani kebutuhan
hidup,karena dapat menimbulkan angka kelaparan di bangsa ini akan bertambah
yang disebabkan masalah tadi seperti sulitnya untuk berusaha mendapatkan kerja
untuk mencukupi kebutuhan hidup karena semaki padatnya penduduk maka semakin
sempit pula peluang mereka untuk mendapatkan kebutuhan yang mereka inginkan.
Dari
masalah tersebut maka angka kematian pun semakin bertambah,dan bisa merepotkan
para pemerintah untuk menyensus penduduk yang bertempat tinggal,walaupun
pemerintah sudah mencanangkan program untuk keluarga yang berencana tetapi
sulit untuk bagi kita menjalankan perintah tersebut dikarenakan masalah ekpnomi
dan kebutuhan yang mendesak.
Maka
dari itu semoga pemerinta bisa lebih tegas lagi untuk menjalankan progrm
tersebut di antaranya mencegah orang untuk bermigrasi,karena dengan migrasi
banyak orang yang menganggur dan menyusahkan pemerintah untuk menyensus selain
itu para migrasi yang tidak bekerja hanya menjadi pengemis jalanan yang
menyebabkan kepadatan penduduk yang sia - sia dan menyebabkan banyak orang yang
kelaparan yang bisa mengakibatkan kematian.
G. Kemiskinan dan Keterbelakangan.
Secara
sosiologis, kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan ditentukan oleh tiga
faktor; yakni kesadaran manusia, struktur yang menindas, dan fungsi struktur
yang tidak berjalan semestinya. Dalam konteks kesadaran, kebodohan, kemiskinan
dan keterbelakangan biasanya merujuk pada kesadaran fatalistik dan menyerah
pada "takdir". Suatu kondisi diyakini sebagai pemberian Tuhan yang
harus diterima, dan perubahan atas nasib yang dialaminya hanya mungkin
dilakukan oleh Tuhan. Tak ada usaha manusia yang bisa mengubah nasib seseorang,
jika Tuhan tak berkehendak. Kesadaran fatalistik bersifat pasif dan pasrah
serta mengabaikan kerja keras. Kesadaran ini tampaknya dimiliki sebagian besar
masyarakat Indonesia, sehingga kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan
diterima sebagai takdir yang tak bisa ditolak. Bahkan, penerimaan terhadap
kondisi itu merupakan bagian dari ketaatan beragama dan diyakini sebagai
kehendak Tuhan. Kesadaran keberagamaan yang fatalistik itu perlu dikaji ulang.
Pasalnya, sulit dipahami jika manusia tidak diberi kebebasan untuk berpikir dan
bekerja keras. Kesadaran fatalistik akan mengurung kebebasan manusia sebagai
khalifah di bumi. Sementara sebagai khalifah, manusia dituntut untuk menerapkan
ajaran dalam konteks dunia dan akhirat. Oleh karena itu, kemiskinan dan
kebodohan, wajib diubah. Bahkan, kewajiban itu adalah bagian penting dari
kesadaran manusia.
Faktor
penyebab lain yang menyebabkan kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan
karena otoritas struktural yang dominan. Kemiskinan, misalnya, bisa disebabkan
oleh ulah segelintir orang di struktur pemerintahan yang berlaku tidak adil.
Kemiskinan yang diakibatkan oleh problem struktural disebut "kemiskinan
struktural". Yaitu kemiskinan yang sengaja diciptakan oleh kelompok
struktural untuk tujuan-tujuan politik tertentu. Persoalan kemiskinan, kebodohan,
dan keterbelakangan juga disebabkan karena tidak berfungsinya sistem yang ada.
Sebab orang-orang yang berada dalam sistem tidak memiliki kemampuan sesuai
dengan posisinya. Akibatnya sistem berjalan tersendat-sendat, bahkan kacau.
Kesalahan menempatkan orang tidak sesuai dengan kompetensinya (one man in the
wrong place) bisa mengakibatkan kondisi bangsa ini menjadi fatal. Kondisi
masyarakat Indonesia yang masih berkubang dalam kemiskinan, kebodohan, dan
keterbelakangan, jelas berseberangan dengan prinsip-prinsip fitrah manusia.
Fitrah manusia adalah hidup layak, berpengetahuan, dan bukan miskin atau bodoh.
Untuk mengentaskan masyarakat Indonesia dari kubangan kemiskinan, kebodohan,
dan keterbelakangan, pemerintah perlu mengambil kebijakan strategis. Kebijakan
strategis tersebut membutuhkan suatu jalur yang dipandang paling efektif. Dalam
konteks inilah penulis berpendapat bahwa pendidikan merupakan satu-satunya
jalur paling efektif untuk mengentaskan seluruh problem sosial di Indonesia. Meskipun
persoalan kemiskinan bisa saja disebabkan karena struktur dan fungsi struktur
yang tidak berjalan, akan tetapi itu semua mengisyaratkan pada faktor
manusianya. Struktur jelas buatan manusia dan dijalankan oleh manusia pula.
Jadi, persoalan kemiskinan yang bertumpu pada struktur dan fungsi sistem jelas
mengindikasikan problem kesadaran manusianya. Dengan demikian, agenda terbesar
pendidikan nasional adalah bagaimana merombak kesadaran masyarakat Indonesia
agar menjadi kritis.
Daftar Pusaka :
Irianto, Agus.
2016. Demografi & Kependudukan.
Jakarta. Penerbit kencana.
Kastama. 1982. Penduduk
dan Lingkungan Hidup Suatu Pengantar. IKIP Jakarta.
Kustiniyati. 1983. Penduduk
Dunia dan Kita. Harian Kompas. Jakarta.
Permatasari, Frida
et al. 2014. Perkembangan Penduduk di
Indonesia. Semarang. Universitas Muhammadiyah.
Todaro, P Michael.
2006. Pembangunan Ekonomi Edisi
Kesembilan. Jakarta. Penerbit Erlangga.
Belum ada tanggapan untuk " Pertumbuhan dan Pertambahan Penduduk "
Posting Komentar