Perguruan Silat Cimande
1. SEJARAH DAN PERKEMBANGANNYA
Menurut informan Pencak Silat aliran Cimande pertama kali
diciptakan dari seorang Kyai bernama Mbah Kahir. Mbah Kahir adalah seorang
pendekar Pencak Silat yang disegani. Pada pertengahan abad ke XVIII (kira-kira
tahun 1760), Mbah Kahir pertama kali memperkenalkan kepada murid-muridnya jurus
silat. Oleh karena itu, ia dianggap sebagai Guru pertama silat Cimande.
Mbah Kahir bertempat tinggal di kampong Cogreg, Bogor,
ditepi Cimande. Di Cogreg itulah ia mengajarkan dan memberi latihan Pencak
Silat kepada murid-muridnya. Kemudian murid-muridnya menyebar luaskan Pencak
Silat tidak hanya di daerah Bogor, tetapi sebagian besar daerah Jawa Barat
seperti Jakarta, Bekasi, Karawang, Cikampek, Purwakarta, Subang, Priangan
(Sukabumi, Cianjur, Bandung, Garut, Tasikmalaya, Sumedang, Ciamis, Kuningan,
dan Cirebon).
Sewaktu masih tinggal di Cogreg Bogor Mbah Kahir sering
berpergian jauh meninggalkan kampung halamannya untuk mencari nafkah dengan
jual beli kuda. Perjalanan yang ditempuhnya masih rawan, karena itu dalam
perjalanannya Mbah Kahir sering mengalami gangguan baik dari binatang buas
maupun dari perampok. Untuk mengatasi itu, Mbah Kahir berusaha menciptakan
suatu gerakan yang dapat melindungi dirinya daridari ancaman pihak lawan. Untuk
itulah menurut informan, Mbah Kahir beristikharah dan shalat tahajud yang
bertujuan untuk meminta inspirasi dari Allah SWT intuk mendalami Silat.
Akhirnya Mbah Kahir mempelajari Silat berdasarkan Al Qur’an
Dalam mencari nafkah dengan jual beli kuda Mbah Kahir
sering pergi ke Betawi. Di Betawi ia berkesempatan berkenalan dengan
pendekar-pendekar silat orang Sumatera dan Cina yang ahli dalam
persilatan.Perkenalannya dengan para pendekar itu menjadikannya tambahan ilmu
pengetahuan tentang Pencak Silat. Ilmu yang didapat itu kemudian ia kembangkan
sehingga Mbah Kahir menjadi terkenal sebagai Pendekar Pencak Silat yang tiada
bandingannya. Kecepatan gerak langkah dan pukulan serta kuda-kuda yang selalu
disertai dengan keseimbangan badan merupakan gerakan ampuh dalam serangan dan
tangkisan.
Dalam menjalankan
usaha dagangnya, Mbah Kahir sampai ke Cianjur. Dalam perjalanannya pernah
diganggu perampok-perampok, tetapi berkat ilmu Pencak Silat yang dipunyainya,
beliau selalu selamat dan sampai tujuannya ke Cianjur dan kembali ke Cogreg
Bogor. Pada tahun 1770, Mbah Kahir menikah dengan orang Cianjur dan kemudian
pindah ke Cianjur dan bertempat di Kampung Kamurang, Kecamatan Mande. Disana ia
mengajarkan ilmu Pencak Silat Cimandenya. Kepada para pemuda. Pada waktu itu
yang menjadi Bupati Cianjur adalah Bupati ke VI yakni Raden Adipati
Wiratanudatar, yang disebut Dalem Cikundul ( 1776-1813 )
Begitu tekenalnya Mbah Kahir sebagai Pendekar Pencak Silat,
maka putera Bupati Wiratanudatar disuruh belajar Pencak Silat padanya. Begitu
pula para pegawai Kabupaten dan para petugas keamanan belajar Silat kepadanya.
Pada suatu ketika, Mbah Kahir diuji oleh Bupati Cianjur untuk bertanding Silat
dengan perantauan Cina dari Macao. Pertandingan Silat ini diadakan di alun-alun
Cianjur dengan dihadiri para pembesar, keluarga Bupati dan masyarakat setempat.
Dalam pertandingan ini ternyata dimenangkan oleh Mbah Kahir. Semenjak itulah
Mbah Kahir jadi bahan cerita dimana-mana.
Pada tahun 1815 Mbah Kahir kembali ke Bogor dan meninggal
tahun 1825. Mbah Kahir mempunyai 5 orang anak laki-laki, yakni Bp. Endut, Bp.
Ocod, Bp. Otang, Bp. Komar, dan Bp. Oyot. Kelima anaknya inilah yang kemudian
menyebar luaskan Pencak Silat Cimande dari Bogor melalui Cianjur ke Bandung dan
hampir ke seluruh Jawa Barat. Sementara itu daerah Bogor, yang meneruskan
Pencak Silat Cimande adalah murid-murid Mbah Kahir bernama Mbah Ace yang
meninggal di Tarikolot / Cimande. Hingga sekarang keturunannya menjadi sesepuh
Pencak Silat Cimande.
Oleh karena itu dalam permulaan abad ke XIX Pencak Silat
dan Mbah Kahir di Jawa Barat tidak dapat dipisahkan. Pakaian Mbah Kahir
sehari-hari jadi model pakaian Pencak Silat hingga sekarang, yaitu celana
dibawah lutut berkolor (sontog) atau panjang lepas model Cina disebut “pangsi“
baju “kampret“ bertali atau berkancing dan di kiri kanan sebelah bawah terbuka
sepanjang selebar tangan.
Dalam perkembangannya, Pencak Silat Cimande diterima secara
luas oleh masyarakat Jawa Barat dan menyebar ke segala pelosok. Berdasarkan
pola Cimande berkembang pula anak-anak aliran seperti Sera dan Ciwaringin.
Dalam perkembangannya, ada yang kemudian mengadakan perubahan-perubahan jurus,
seperti yang dilakukan oleh Bp. H. Abdul Rosid. Akan tetapi perubahan itu tidak
prinsipil hingga gerakan dasar dan aliranpun tidak berubah namanya, tetap
Cimande. Banyak murid-murid Mbah Kahir yang meneruskan dan mengajarkan Ilmu
Pencak Silat ditempatnya masing-masing.
Dewasa ini, Pencak Silat aliran Cimande sudah terkenal dan
tersebar diseluruh Nusantara. Di desa Cimande sendiri, Pencak Silat tidak
berada dalam satu tatanan organisasi. Maksudnya tidak ada struktur organisasi.
Penyebarannya lebih bersifat kekeluargaan. Jelasnya Pencak Silat Cimande
menyebar melalui para keturunan dan anak muridnya dengan tahapan yang tidak
terorganisir. Dalam rentang waktu yang panjang tersebut. Pencak Silat ini telah
melahirkan murid-murid yang banyak. Para murid ini berguru kepada para sesepuh,
kemudian mengembangkan kembali ilmu yang dimilikinya. Hasil berguru inilah
kemudian baik sepengetahuan gurunya atau tidak, telah melahirkan berbagai
perguruan atau Padepokan Silat masing-masing daerah asalnya.
“Pencaplokan“ nama Cimade sebagai symbol perguruan Pencak
Silat tidaklah menjadi larangan. Selain itu ada pula yang mendirikan padepokan
dengan nama lain tetapi “isinya“ adalah jurus-jurus Cimande. Hal ini
menunjukkan bahwa Pencak Silat Cimande sedikit banyaknya telah dijadikan dasar
bagi berkembangnya suatu “aliran“ Pencak Silat.
2. DESKRIPSI PENCAK SILAT CIMANDE
Pencak Silat sebagai salah satu jenis permainan tradisional
yang digemari oleh masyarakat Cimande. Permainan ini dapat dilakukan oleh semua
lapisan masyarakat. Pencak Silat ini merupakan olah raga atau seni bela diri
dan dapat dijadikan sebagai alat untuk mempertahankan diri dari serangan lawan.
Artinya, mempertahankan diri dari ancaman dengan taktik “ serang-hindar “
Pada dasarnya Pencak Silat aliran Cimande ini mempunyai
suatu strategi tertentu yang sangat erat hubungannya dengan kekuatan atau
tenaga, kecepatan dan keseimbangan. Pencak Silat Cimande cenderung menggunakan
“ tenaga ledak “ ( Kari, Sunda ) karena dilihat dari caranya menggunakan “
jarak “. Dalam arti merupakan aliran jarak jauh yang pendekar-pendekarnya
mengambil jarak selepas kaki dan setuntas tangan dari lawannya. Mereka
cenderung memelihara jarak, sebagai titik tolak serangan maupun titik tolak
penghindaran.
Pencak Silat ini biasanya dipertunjukkan jika ada hajatan,
misalnya khitanan atau upacara lainnya dengan iringan tabuh-tabuhan seperti
kendang. Dalam pertunjukan, alat yang dipergunakan berupa sebilah pedang, dan
jika pedang ini tidak ada maka dapat dilaksanakan tanpa peralatan apapun.
Selain itu, dalam pertunjukan diperlukan arena permainan dan dalam memainkan
menggunakan teknik tertentu serta menggunakan atribut sebagai cirri khas dari
Pencak Silat aliran Cimande.
3. TEKNIK PERMAINAN
Yang dimaksud dengan teknik permainan adalah bagaimana cara
Pencak Cimande dilakukan. Dalam kata lain Pencak Silat Cimande sebagai refleksi
menjaga diri dari berbagai serangan musuh, yang diwujudkan Cimande sebenarnya
tidak sulit untuk dipelajari. Menurut informan bahwa setiap manusia memiliki
naluri dalam menggerakkan anggota tubuh, misalnya ketika akan jatuh sempat
memegang dan merubah posisi kakinya atau menangkis dengan reflek apabila ada
yang jatuh tepat disisi badannya. Gerakan seperti itu dianggap sebagai gerakan
yang menjurus ke Pencak Silat hanya saja belum teratur dan tersistematis. Silat
adalah strategi yang digunakan untuk serangan lawan. Begitu pula Silat Cimande
mempunyai kiat tertentu berupa strategi dan tekhnik dalam merobohkan atau
merobohkan atau mempertahankan diri dari serangan lawan.
Secara umum pola dasar Pencak Silat Cimande yang pertama
kalinya menggunakan jarak jauh, yaitu para pendekar yang mengambil jarak
selepas kaki setuntas tangan. Siasat ini digunakan untuk menghindari serangan
lawan. Biasanya dengan menggunakan teknik seperti ini, maka serangan pukul
tendang merupakan teknik dominan dalam Pencak Silat Cimande.
Setiap pendekar dalam melakukan serangan harus
memperhatikan setiap kaki atau kuda-kuda yang bertujuan untuk menjaga jarak
lawan. Kuda-kuda yang diterapkan ini harus dapat dipindah-pindahkan dan dapat
dubah-ubah dalam frekuensi tinggi. Karena dipastikan lawan akan memberikan
serangan jarak jauh dalam bentuk pukulan dan tendangan dengan kecepatan tinggi.
Untuk merobohkan lawan, maka diperlukan suatu jurus Silat sehingga si pendekar
dapat mengimbangkan serangan lawan.
Secara garis besar jurus Pencak Silat Cimande ini dibagi
dalam tiga bagian, yaitu : Jurus Kelid Cimande, Jurus
Pepedangan, dan Jurus Tepak Selancar. Adapun jurus kelid
Cimande dan jurus pepedangan merupakan beladiri, sedamgkan tepak selancar
termasuk seni.
1. Jurus Kelid Cimande
Jurus ini merupakan jurus pokok aliran Cimande yang bertujuan
untuk menangkis pukulan serangan lawan sambil berusaha merubuhkannya. Kelid
artinya menangkis serangan lawan sambil berusaha merubuhkannya. Jurus kelid
Cimande ini seluruhnya berjumlah 33 jurus, berturut-turut yaitu : tinjok
bareng, tonjok sabeulah, kelid, selup, timpah sabeulah, timpah serong, timpah
dua kali, batekan, teke tampa, teke purilit, tewekan, kedutan, guaran, kedut
guar, selup tonjok, kelid tilu, kelid lima, selup lima, peuncitan, timpah
bohong, serong panggul, serong guwil, serong guar, singgul serong, singgul
sabeulah, sabet pedang, beulit kacang, pakala alit, pakala gede.
Jika diperhatikan jurus kelid ini nampaknya tertumpu pada
kemampuan tangan sebagai inti kekuatannya, seperti tonjok, bentuk tangan
mengepal, teke dilakukan ruas jari tangan, tewekan bentuk tangan menusuk. Jurus
kedutan menggunakan telapak tangan. Jurus guaran menggunakan sisi tangan luar
maupun dalam, singgulan menggunakan pangkal tangan. Dalam keseluruhan gerakan
jurus kelid terlihat agak unik dari gerakan silat lain yang biasanya kekuatan
optimalnya tertumpu pada kaki. Biasanya untuk melatih jurus kelid ini dilakukan
dengan cara duduk ditempat.
Cara berlatihnya adalah dua orang yang saling berhadapan
dengan kaki sebelah dilipat dan sebelah lagi dilonjorkan kedepan. Tujuan
latihan dengan sikap duduk dilantai adalah untuk melatih daya imajinasi
seseorang untuk menentukan kuda-kuda yang tepat saat jurus-jurus tersebut
dilakukan berdir. Dengan dikuasainya gerakan tangan tentunya secara otomatis
dapat mengatur kuda-kuda sesuai jurus yang digunakan, dan juga akan lebih mudah
dalam mempelajari jurus selanjutnya.
2. Jurus Pepedangan
Jurus ini bertumpu pada sikap kaki dan teknik menyerang
dengan menggunakan senjata pedang. Dalam latihan jurus pepedangan ini para
pendekar membuat pedang dari bambu sebagai pengganti pedang sebenarnya. Jurus
pepedangan didominasi sikap kaki yang disejajarkan, seperti serongan merupakan
posisi kaki miring dengan membentuk sudt 45 derajat, kenudian tagogan adalah
gerakan kaki yang merendah dengan posisi tumit kaki menempel pada pinggul
dengan kakinya sedikit berjingka.
Jurus pepedangan ini berjumlah satu jurus, berturut-turut
yaitu : ela-ela sabeulah, selup kuriling, jagangan, tagogan, piceunan,
balungbang, balumbang, sabeulah, opat likur, buang dua kali, selup kuriling
langsung, selup bohong.
3. Jurus Tepak Selancar
Jurus tepak selancar ini sebagai tambahan yang biasanya
hanya digunakan untuk pertunjukan. Karena sifatnya hanya pertunjukan, maka
jurus-jurusnya mengandung aspek seni. Jurus tepak selancar ini harus diiringi
dengan seperangkat alat musik “ tetabuhan “ yakni terdiri dari 2 buah gendang
besardan 2 buah gendang kecil (Kulanter Sunda) yang berfungsi sebagai pengisi
gerak dan pengatur tempo lagu. Kenudian sebuah terompet sebagai melodi lagu, dan
sebuah gong kecil yang disebut kempul atau bende. Dalam hal pengiringan,
gerak-gerak Pencak Silat lebih dititik beratkan pada pukulan gendang. Disamping
itu, pukulan gendang mempunyai motif-motif tertentu yang sudah dikenal, yaitu :
tepak dua, tepak tilu, golempang, padungdung.
Adapun Jurus-Jurus Dasar Silat Cimande:
1. Kelid
2. Selup
3. Pamonyet
4. Tungkup Selup
5. Serong Gigir
6. Tangkeupan
7. Bolang-Baling
8. Timpah Sabeulah
9. Timpah Dua
10. Buang Kelid Dibeulah
11. Sambeuran
12. Kelid Timpah Pamonyet
13. Pangerodan
14. Teke
15. Tewak Teke
16. Tewakan
17. Tewak Jero
18. Turugtug
19. Ajulan
20. Kelid timpah Potongan
21. Koreh Pamonyet
22. Timpah Tilu
23. Pakalah
4. ATRIBUT DAN PAKAIAN PENCAK SILAT CIMANDE
Atribut dan pakaian yang dikenakan oleh anggota Pencak Silat
Cimande adalah baju hitam dengan menggunakan sarung dipinggangnya. Penggunaan
atribut dan pakaian secara lengkap hanya digunakan untuk pertunjukan, sedangkan
pada waktu latihan cukup menggunakan celana panjang dan baju tangan panjang
berwarna hitan dengan ukuran agak longgar disertai ikat pinggang dari kain
warna merah. Pakakian dengan atribut lengkap biasanya ditambahkan dengan
pengikat kepala warna krem, kopiah hitam, dan sarung dililitkan dipinggang.
Pakaian dengan segala kelengkapannya ini disebut sbagai pakaian “ pangsi “.
Penentuan warna dan penggunaan atribut ini masing-masing mempunyai arti
sendiri. Penggunaan pakaian hitam mempunyai arti bahwa manusia harus selalu
kuat dalam menghadapi cobaan dari Allah SWT, karena manusia didunia tidak luput
dari cobaan. Warna merah berarti berani menegakkan kebenaran dan bertanggung jawab
segala tindakan yang diperbuat. Sementara itu, warna krem diartikan sebagai
manusia hidup didunia ini harus mengutamakan kejujuran dan keluhuran budi agar
selamatdunia akhirat. Arti penggunaan kopia tidak ada hanya sebagai symbol
bahwa Pencak Silat Cimande merupakan Silat yang bernafaskan ke-Islaman. Untuk
penggunaan sarung sekedar memberikan kesan rapi dan sopan.
Para pengguna pakaian ini tidak ada perbedaan untuk
laki-laki dan perempuan, begitu pula dalam tingkat kepandaiannya. Mereka
menganggap setiap manusia mempunyai bakat dan kepandaian yang sama, hanya saja
belum dipergunakan secara maksimal. Selain itu menurut mereka dengan adanya
perbedaan tingkat dan pakaian akan menimbulkan kesenjangan antar murid, yang
akan mencetuskan rasa iri sesamanya. Disisni dapat dilihat bahwa Silat Cimande
ini lebih mengutamakan kebersamaan dan kekeluargaan, seperti apabila ada murid
tidak mempunyai pakaian seragam mereka akan membantu untuk membelikannya.
5. PERKUMPULAN/PERGURUAN PENCAK SILAT CIMANDE
Pusat perguruan Pencak Silat Cimande berkedudukan di
Tarikolot, Cimande, Bogor, Jawa Barat adalah merupakan salah satu aliran Pencak
Silat tertua yang ada di Indonesia. Salah satu pimpinan sebuah Perguruan Pencak
Silat di Bali mengakui bahwa Pencak Silat Cimande yang tertua, disamping itu,
ia menyebutkan bahwa cikal bakal Pencak Silatnya berasal dari aliran Cimande.
Pencak Silat Cimande ini merupakan Pencak Silat tradisional
yang tumbuh dan berkembang tanpa struktur organisasi. Dahulu pelatihannya tidak
terorganisir karena umumnya untuk kepentingan keluarga dan anggotanya saja.
Jadi hampir disetiap rumah masing-masing mempunyai tempat tersendiri untuk
latihan. Pengajar Silatnya adalah para Orang tua terutama ayah. Para orang tua
menganggap perlu mewariskan ilmu Pencak Silat kepada anak-anaknya atau
saudara-saudaranya. Kini Pencak Silat Cimande sudah terorganisir walaupun tidak
ada struktur organisasinya. Wadah perkumpulannya disepakati oleh pini-sepuh dan
keturunan Mbah Kahir lainnya yang sifatnya kekeluargaan, kesepakatan, ini
direfleksikan dalam sebuah perguruan Pencak Silat Cimande yang diberi nama
“Pusat Perguruan Pencak Silat Cimande“ (P3SC). Dalam wadah ini pemimpin
perkumpulan Cimande disebut “sesepuh“ karena ia dipandang sebagai Guru. Guru
itulah yang memimpin perguruan dan mengembangkan alirannya kepada pengikut atau
warga perguruannya.
6. KODE ETIK PENCAK SILAT TALEK CIMANDE
Setiap perguruan Pencak Silat mempunyai kode etik. Etika
ini didalam Pencak Silat merupakan suatu kewajiban yang harus dipatuhi oleh
setiap murid dan tidak boleh dilanggarnya. Begitu pula halnya dengan Pencak
Silat Cimande mempunyai kode etik yang dikenal dengan “Talek Cimande“ dan
diberlakukan dengan ketat. Lengkapnya Talek Cimande adalah sebagai berikut :
1. Harus taat dan Taqwa kepada Allah SWT dan RasulNya
2. Jangan melawan kepada Ibu dan Bapak
3. Jangan melawan kepada Guru dan Ratu (Pemerintahan)
4. Jangan judi dan mencuri
5. Jangan ria, takabur, dan sombong
6. Jangan berbuat zinah
7. Jangan bohong dan licik
8. Jangan mabuk-mabukan dan menghisap madat
9. Jangan jahil, menganiaya sesame makhluk Tuhan.
10. Jangan memetik tanpa ijin, mengambil tanpa minta ( ulah
mipit teu amit, ngala teu babeja )
11. Jangan suka iri hati dan dengki
12. Jangan suka tidak membayar hutang
13. Harus sopan santun, rendah hati, dan saling harga
menghargai diantara sesame manusia
14. Berguru Cimande bukan untuk gagah-gagahan, kesombongan
dan ugal-ugalan tetapi untuk mencapai keselamatan dunia akhirat
Disamping talek, ada semacam sumpah atau janji yang
dinamakan Panca Setia yang dititik beratkan kepada kesetiaan warganya. Panca
Setia itu adalah sebagai berikut :
1. Kami Insan Pencak Silat Cimande yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Kami Insan Pencak Silat Cimande yang patuh dan taat
kepada Pemerintah Republik Indonesia, pancasila dan UUD 1945
3. Kami Insan Pencak Silat Cimande yang patuh dan taat
kepada Ibu-Bapak
4. Kami Insan Pencak Silat Cimande yang mengutamakan
penggunaan Pencak Silat untuk melerai diri demi kebenaran dan keadilan
5. Kami Insan Pencak Silat Cimande yang setia dan menepati
janji serta mengamankan talek cimande
Talek Cimade merupakan pengisi dan pengekang nafsu hewani
dan sifat-sifat lainnya yang dapat merugikan semua pihak. Hal ini karena Pencak
Silat bukan bertujuan untuk menguasai dan berkuasa atas manusia lainnya. Pada
hakekatnya talek Cimande ibarat mayat yang menebarkan bau busuk yang
menyesakkan. Oleh karenanya, persyaratan utama menjadi anggota atau berlatih
Pencak Silat Cimande adalah Sumpah Talek Cimande.
Pada dasarnya Pencak Silat Cimande ini berfungsi sebagai
media sinar agama ( Islam ). Oleh karena itu ketaatan kepada Allah dan RasulNya
dengan menjalankan segala perintahnya, merupakan syariat utama yang harus
ditaati Keluarga Besar Pencak Silat Cimande.
Setiap calon murid Cimande yang akan mengikuti pelajaran
dan latihan Pencak Silat sebagai murid, terlebih dahulu menyatakan kesediaannya
memeatuhi tata cara atau etika perguruan yang amat dihormati dalam perguruan
itu. Salah satu kebiasaan yang harus dipenuhi sebagai salah satu persyaratan
ialah sebelum menjadi murid Cimande terlebih dahulu harus melalui serangkaian
acara seperti “upacara“ 7 yang bersifat tradisi.
Tradisi yang dimaksud adalah melakukan semacam sumpah dan
janji yang disebut dengan istilah “patalekan“ atau “ ba’iat“.
Patalekan Cimande
dijelaskan sedemikian rupa kepada calon murid hingga benar-benar memahaminya,
apabila sanggup untuk mengamalkan dan mematuhinya, maka tangannya dipegang oleh
Gurunya sebagai tanda kesanggupan. Selanjutnya sesepuh atau Gurunya melakukan
upacara ritual dengan membaca do’a-do’a tawasul. Setelah itu, ia meneteskan
campuran ramuan khusus kepada mata sang murid. Istilahnya “dikecer“ atau
“dipeureuh“. Gunanya untuk membersihkan matanya dan menajamkan pandangan mata.
Belum ada tanggapan untuk " Perguruan Silat Cimande "
Posting Komentar