Analisa Benchmarking PT JNE
PT JNE
ingin menciptakan produk berupa jasa yang bisa memuaskan pelanggan, ditengah
munculnya pesaing dengan usaha yang sama maka PT JNE menerapkan Benchmarking
sebagai salah satu metode untuk bertahan dalam bisnis usahanya di bidang
pengiriman.
JNE mulai
melebarkan sayapnya dengan membuka usaha pengiriman sendiri, dengan melepas
dari nama TiKi.
Proses Benchmarking
Menurut
Goetsch dan Davis (1994, pp.416-423) diperinci mejadi 14 langkah (proses)
banchmarking, yaitu :
1.
Komitmen manajemen.
JNE memunjukan komitmen manajemen dalam suatu
organisasi ini tertuang dalam visi dan misi PT JNE :
Visi
Menjadi perusahaan dengan standar Internasional dibidang jasa distribusi
yang mampu melayani kebutuhan segenap lapisan masyarakat dan dapat diterima
menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Misi
a.
Memadukan jasa pengiriman, kepabeanan, pergudangan,
pendistribusian dalam satu sistem yang terintegrasi secara efektif dan
fleksibel.
b. Mendayagunakan
jaringan dan infrastruktur yang dimiliki sebagai kontribusi pada proses
perputaran roda ekonomi dengan didukung SDM yang professional dan memiliki
itegritas moral yang tinggi.
c. Memanfaatkan perkembangan teknologi
informasi secara tepat guna.
d. Mendorong pertumbuhan usaha yang
berkeseinambungan dalam rangka mencapai kesejahteraan karyawan dan senantiasa
meningkatkan tanggung jawab sosial.
2. Basis pada proses perusahaan itu sendiri
JNE memulai kegiatan usahanya yang terpusat pada
penanganan kegiatan
kepabeanan,
impor kiriman barang, dokumen serta pengantaranya dari luar
negeri ke Indonesia.
3.
Identifikasi dan dokumentasi setiap kekuatan
dan kelemahan proses perusahaan.
JNE memulai kegiatan usahanya yang terpusat pada
penanganan dibidang jasa distribusi yang mampu melayani kebutuhan segenap
lapisan masyarakat memiliki kekuatan da kelemahan yaitu
a. Strenght (
kekuatan )
·
Hemat;
biaya yang dikeluarkan oleh pengguna relatif lebih murah
·
Aman;
JNE memberikan jaminan aman dalam pengiriman barang/dokumen hingga tujuan.
·
Pasti;
JNE memberikan kepastian tepat waktu sesuai dengan jenis pengiriman yang
dipilih pelanggan dalam pengiriman barang/dokumen hingga tujuan
·
Cepat;
JNE memberikan pelayanan yang cepat dalam pengiriman barang/dokumen hingga
tujuan.
·
Mudah;
JNE memberikan kemudahan kepada pelanggan untuk menentukan jenis pengiriman
dalam pengiriman barang/dokumen hingga tujuan
·
Lacak;
JNE memberikan pelayanan kepada pelanggan untuk mengetahui posisi barang yang
dikirim atau yang akan diterima dengan fasilitas web dan call center
·
Sumber
Daya Manusia; Pengalaman para pegawai semasa menjadi satu dengan Tiki
menjadikan satu keunggulan yang dimiliki oleh JNE.
·
Penjemputan;
JNE memberikan kemudahan kepada pelanggan dalam pengiriman barang/dokumen tanpa
harus datang ke kantor, tinggal menghubungi JNE maka petugas datang untuk
mengambil
·
Kemudahan
Pembayaran; JNE memberikan kemudahan kepada pelanggan dalam pengiriman
barang/dokumen dengan mengetahui jumlah biaya yang akan dibebankan selain itu
juga menerima kartu kredit.
b. Weakness (
kelemahan )
Kelemahan
pada PT JNE yaitu dibidang pelayanan, karena merasa berasal dari pengiriman
terbaik TiKi, terhadap pelanggan dinilai kurang ramah sehingga membuat
pelanggan merasa segan dan cenderung dapat mengurangi konsumen.
4.
Pemilihan proses yang akan di benchmarking.
Proses yang menjadi target, batas-batasnya,
operasi-operasi yang dicakup dan urutannya, dan masukan (input) serta
keluarannya (output). Mulai dari SDM, kinerja dan produk.
Dalam tahap ini PT JNE membandingakan dari 4
benchmarking yaitu :
a. Benchmarking Intern (Internal Benchmarking) yaitu
berhubungan dengan perbandingan yang dibuat dalam organisasi yang sama,
misalnya diantara anak perusahaan, dan cabang-cabang seperti benchmark yang
dilakukan oleh PT. JNE di daerah yang berbeda atau benchmarking yang dilakukan
oleh Divisi Marketing dalam sistem kinerja pegawai dalam perusahaan sejenis.
b. Benchmarking Kompetitif (Kompetitive Benchmarking) yaitu
berhubungan dengan membuat pebandingan dengan kegiatan yang sama di tempat
lain, seperti dengan pesaing dan rekan di daerah lain namun dalam instansi yang
berbeda. Misalnya benchmark yang dilakukan oleh PT. JNE dengan
PT.Telkomsel dengan objek benchmark customer service gerai.
c. Benchmarking Fungsional (Functional Benchmarking) adalah
kategori yang paling menarik, hal ini dikarenakan proses benchmarking pada
kategori ini dilakukan dengan membandingkan antara fungsi dan proses yang sama
dalam industri yang berbeda. Contohnya adalah benchmarking yang dilakukan
antara PT.JNE dengan PT.Garuda Airline yaitu dengan melakukan benchmark pada
sistem pengiriman meskipun untuk objek yang berbeda.
d. Benchmarking Umum (Generic
Benchmarking) membandingkan dimana beberapa fungsi bisnis dan proses adalah
sama tanpa mempedulikan ketidakserupaan atau ketidaksejenisan di antara suatu
organisasi, misalnya dari segi pelayanan. Contohnya adalah benchmarking yang dilakukan
antara PT.JNE dengan Pembayaran Pajak Samsat yaitu dengan melakukan benchmark
pada sistem pelayanan dengan menyediakan layanan mobil untuk mempermudah
pelanggan.
5.
Pembentukan tim benchmarking.
Tim Peningkatan Mutu kemudian menentukan organisasi
yang akan menjadi tujuan benchmarking ini. Pertimbangan yang perlu adalah
tentunya memilih organisasi lain tersebut yang memang dipandang mempunyai reputasi
baik bahkan terbaik dalam kategori ini.
6.
Penelitian terhadap obyek yang terbaik di
kelasnya (best-in-class).
PT. Pos Indonesia berkomitmen untuk memberikan solusi
terhadap permasalahan fungsi logistik pelanggan, dengan kerangka kerja yang
bersinergi dan bekerjasama untuk mencapai tujuan. Kepercayaan dan kejujuran,
saling menghargai, professional adalah budaya yang diterapkan oleh PT. Pos
Indonesia.
Strategi PT. Pos Indonesia terfokus pada penciptaan
nilai tambah bagi pelanggan melalui penurunan harga, peningkatan layanan,
implementasi yang lebih cepat dan fleksibel.
7.
Pemilihan calon mitra benchmarking
best-in-class.
Titipan Kilat (TiKi) yang bergerak dalam bidang jasa
kurir internasional yang menjadi titik awal dari JNE.
8.
Mencapai kesepakatan dengan mitra
benchmarking.
Ukuran atau standar yang dipilih untuk dilakukan
benchmark-nya harus yang paling kritis dan besar kontribusinya terhadap
perbaikan dan peningkatan mutu. misalnya durasi waktu penyelesaian, waktu
penyelesaian untuk setiap elemen kerja, waktu untuk setiap titik pengambilan
keputusan, variasi-variasi waktu, jumlah aliran balik atau pengulangan, dan
kemungkinankemungkinan terjadinya kesalahan pada setiap elemennya.
9.
Pengumpulan data.
Tim Peningkatan Mutu mengumpulkan data tentang ukuran
dan yang telah dipilih terhadap organisasi yang akan di-benchmark. Pencarian
informasi ini dapat dimulai dengan yang telah dipublikasikan: misalkan
hasil-hasil studi, survei pasar, survei pelanggan, jurnal, majalah dan
lain-lain.
Kunjungan langsung (site visit), tim benchmarking
mengamati proses yang menggunakan ukuran dan standar yang berkaitan dengan data
internal yang telah diidentifikasi dan dikumpulkan sebelumnya. Tentu akan lebih
baik jika ada beberapa obyek atau proses yang dikunjungi sehingga informasi yang
didapat akan lebih lengkap. Tim juga dapat menjadi pengunjung untuk mengamati
pesaing lain yang bergerak pada satu usaha yang sama
Kita dapat menciptakan sebuah inovasi, kuncinya
adalah buka mata, buka telinga, dan buka hati. Jangan hanya terpatok bahwa ide
untuk perusahaan hanya akan muncul jika kita berada di kantor saja. Inovasi
terkadang muncul melalui hasil diskusi atau brainstorming dengan orang lain.
Bahkan dari sebuah obrolan santai dan ringan pun dapat memunculkan sebuah ide.
10. Data
dan penentuan gap.
Tim Peningkatan Mutu kemudian membandingkan data yang
diperoleh dari proses yang di-benchmark dengan data proses yang dimiliki
(internal) untuk menentukan adanya kesenjangan (gap) di antara mereka. Tentu
juga perlu membandingkan situasi kualitatif misalnya tentang sistem, prosedur,
organisasi, dan sikap. Tim mengindentifikasi mengapa terjadi kesenjangan
(perbedaan) dan apa saja yang dapat dipelajari dari situasi ini. Satu hal yang
sangat penting adalah menghindari sikap penolakan; jika memang ada perbedaan
yang nyata maka kenyataan itu harus dapat diterima dan kemudian disadari bahwa
harus ada hal-hal yang diperbaiki.
11. Perencanaan
tindakan untuk mengurangi kesejangan yang ada atau bahkan mengunggulinya.
Kesenjangan standar mungkin saja tidak dapat dihilangkan
karena target organisasi terus saja berkembang dan memperbaiki diri. Yang lebih
penting dari semata-mata mengejar kesenjangan adalah menjadikan benchmarking
sebagai suatu kebiasaan, yang akan mendorong untuk terus memperbaiki diri. Jika
perlu bahkan dapat dibuat atau dibentuk suatu departemen atau divisi tersendiri
yang bertanggung jawab melaksanakan benchmarking secara terus menerus
(berkelanjutan). JNE menerapkan bebrapa hal diantaranya :
a.
Untuk memelihara posisi sebagai prodk innovator
PT. JNE memanfaatkan sarana call center dan web site untuk menciptakan
produk yang sesui dengan konsumen. Menciptakan inovasi baru misalnya dengan berbagai
program keunggulan dengan pengiriman cepat, aman dan murah. Selain itu bisa
dengan memberi member bagi pelanggan JNE.
b.
Mempertahankan posisi market share
Market
share merupakan tingkat
dominasi produk di pasar dibandingkan dengan produk pesaingnya. Andanya
inovasi akan mendorong konsumen untuk melakukan daya beli. Semakin banyak
produknya digunakan maka jumlah market share akan meningkat. meningkatkan
jumlah market share pelanggan JNE ditengah persaingan pengiriman barang
yang semakin ketat.
c.
Mengembangkan pijakan di pasar pada masa yang akan
datang
Produk yang
ada saat ini tentu akan memasuki tahap maturity atau penurunan, yang ditandai
dengan menurunnya daya beli konsumen terhadap produk tersebut. Sehingga
perusahaan harus meluncurkan produk baru untuk menggantikan produk yang telah
ada sebelumnya. Contohnya JNE fokus pada pengiriman barang, kini JNE melebarkan
sayapnya dan masuk kepada bisnis telekomunikasi dengan JNE Telecom
d. Mengembangkan segmen pasar yang unik
Cara yang dilakukan yaitu dengan memasuki dan berkonsentrasi pada
segmen yang selama ini tidak pernah dimasuki. Misalnya saja memberikan
pelayanan jemput bola (pengirim tinggal menghubungi) dengan alamat yang jelas
maka JNE akan datang mengambil barang yang akan dikirimkan.
12. Implementasi
perubahan
Tim Peningkatan Mutu menentukan target perbaikan
terhadap proses. Target-target ini harus dapat dicapai dan realistis dalam
pengertian waktu, sumber daya, dan kemampuan yang ada saat ini; juga sebaiknya
terukur, spesifik, dan didukung oleh manajemen dan orang-orang yang bekerja
dalam proses tersebut. Kemudian tim dapat diperluas dengan melibatkan
multidisiplin yang akan memecahkan persoalan dan mengembangkan suatu rencana
untuk memantapkan tindakan spesifik yang akan diambil, tahapan-tahapan
waktunya, dan siapa-siapa yang harus bertanggung jawab.
13. Pemantauan.
Hasil ini akan diserahkan kepada para pelaksana
penjaminan mutu (executive) untuk kemudian memantau kemajuan dan
mengidentifikasi persoalan-persoalan yang timbul. Ukuran dan standar dievaluasi
secara bertahap, barangkali diperlukan penyesuaian-penyesuaian terhadap rencana
untuk dapat mengatasi halangan dan persoalan yang muncul. Juga para pelaksana
memerlukan umpan balik dari mereka yang berkepentingan terhadap proses dan
hasilnya (stakeholders).
14. Memperbarui
benchmarking; melanjutkan siklus tersebut.
Proses benchmarking ini mempunyai banyak keuntungan.
Benchmarking mendorong terciptanya suatu budaya perbaikan terus menerus,
menghargai orang lain dan prestasinya dan membangun indera dan intuisi akan
pentingnya perbaikan yang dijalankan terus menerus tersebut. Jika suatu
jaringan dan kemitraan dalam benchmarking telah terbentuk maka berbagai praktik
baik dan terbaik dapat saling dibagi di antara mereka. Strategic
benchmarking digunakan untuk menguji bagaimana suatu organisasi dapat
bersaing dan fokus pada indutri tertentu. Sasaran kuncinya adalah
mengidentifikasi strategi yang unggul untuk menjadi suatu organisasi yang
berhasil.
Sumber:
Belum ada tanggapan untuk " Benchmarking PT JNE "
Posting Komentar