Cilandak,
WARTAKOTA
Diduga gara-gara rebutan cewe. MFG (14). Siswa sekolah
menengah pertama di sekolah internasional Cilandak, Jakarta Selatan, dibully dan dikeroyok 10 pelajar
seusianya.
Peristiwa yang dialami MFG terjadi saat dia sedang
menonton pertandingan futsal di sekolahnya. Vera Rachmi, ibunda korban, yang
dihubungi wartawan, kamis (17/3), membenaran kejaidian itu. “iya benar,
kejadiannya suadah dua minggu lalu dan sudah saya laporkan ke polres metro
Jakarta Selatan,” ucap Vera.
“jadi dua minggu yang lalu, kira-kira sabtu (5/3), anak
saya datang ke sekolah untuk menonton futsal,” kata Vera melanjutkan ucapannya.
Saat menonton pertandingan futsal, kata vera, tiba-tiba tangan anak nya ditarik
temannya sekitar 10 orang. Kemudian MFG
dibawa ke belakang sekolah untuk dikerjain.
Namun, sampai belakang sekolah, MFG dibully dan ditanya
soal perempuan yang disukai salah satu pengeroyok tersebut. MFG, kata vera,
dipukuli dan ditendang. “sampai dibelakang sekolah, anak-anak teriak, anak saya
dipukuli dan ditendang,” tutur vera.
Akibat dianiaya, MFG mengalami memar di pipi dan paha
bagian atas. “saya meminta pihak sekolah mengambil tindakan tegas dan disiplin
buat anak-anak itu. Jadi bukan hanya dihimbau, bukan hanya diberitahu. Tapi
mereka harus paham bahwa kelakuan meraka melanggar hukum,” tandas Vera. (bin)
Liputan6.com,
New York
Tak tahan di-bully, seorang remaja putri berusia
12 tahun nekat mengakhiri hidupnya dengan cara mengenaskan. Stephanie Almonte,
ditemukan gantung diri di atas tempat tidurnya tahun lalu.
Dilansir dari Nydailynews.com, Jumat (12/6/2015),
sang ayah Ivan Almonte menuntut guru matematika anaknya yang bernama Nina
Gribetz. Ivan menduga Nina sebagai penyebab putri kesayangannya bunuh diri.
Menurut pengakuan teman-teman sekelas Stephanie,
siswi kelas tujuh itu sering dijadikan sasaran sang guru di kelas. Nina kerap
menghukum Stephanie tanpa alasan yang jelas, mempermalukannya di depan kelas,
memberi nilai buruk pada buku rapornya, dan dengan sengaja membuat sang gadis
bermasalah dengan orang tuanya.
Kakak Stephanie, dalam sebuah wawancara emosional
yang berlangsung di rumah keluarga di kawasan Washington Heights mengatakan
adiknya sampai tidak mau lagi pergi ke sekolah. "Ini semua salah guru itu
(Nina)," ujar Ivan Almonte Jr (25), mengatakan kepada Daily News.
"Sebagai seorang guru profesional, bagaimana
dia tega membuat muridnya merasa tersiksa seperti itu? Sebagai guru dia
seharusnya membantu siswa, bukan malah merendahkan mereka," tambahya.
Stephanie sebenarnya telah mengeluhkan kondisi
ketidaknyamanannya di sekolah akibat perlakuan sang guru kepada kedua orang
tuanya. Mereka lalu memohon kepada pejabat sekolah untuk campur tangan
menangani permasalahan ini, namun tidak ada tindakan apapun dari pihak sekolah.
Sang guru terus mem-bully Stephanie yang malang.
Bahkan saat Stephanie tengah berjuang melawan depresi setelah didiagnosis
mengalami ketidakmampuan belajar dan harus ditempatkan di kelas program khusus
pada Desember 2013.
"Jika ada suara berisik atau kegaduhan di
kelas, Ms Nina akan selalu menyalahkan Stephanie, bahkan jika dia tidak
berbicara sepatah kata pun," kata salah seorang teman sekolah Stephanie.
Ivan Almonte kemudian bertemu dengan para pejabat
sekolah untuk membahas nilai putrinya pada tanggal 15 Mei 2014. Sekitar satu
jam kemudian, setelah Stephanie menolak tawaran untuk makan siang, Ivan
menemukan putrinya sudah gantung diri di atas ranjang tempat tidurnya,
Stephanie dinyatakan meninggal pada hari berikutnya.
Dalam peringatan setahun meninggalnya Stephanie,
tiga teman sekelasnya berkumpul. Mereka menuturkan kalau Nina sangat keras
terhadap Stephanie.
"Dia selalu mencari-cari kesalahan
Stephanie," kata seorang teman Stephanie yang berusia 14 tahun.
"Stephanie menjatuhkan pensil saja maka dia
akan dihukum. Tapi jika saya yang melakukannya, aku mungkin tidak akan dihukum
olehnya," ujarnya.Namun, menurut siswa lain yang mengenal Nina mengatakan
mereka sulit untuk percaya bahwa Nina akan menyiksa muridnya sendiri. "Dia
guru yang sangat baik, selalu melakukan yang terbaik," kata seorang siswi
kelas enam. "Saya tidak pernah berpikir dia akan membully atau menyiksa
siapa pun."
(dsu/gst)
Analisis
Akhir-akhir ini bulliying yang
terjadi di setiap sekolah sudah banyak yang terekspos oleh media elektronik
maupun media massa. Kasus-kasus yang sering terjadi ada pada lingkungan sekolah
misalkan saja kasus bulliying antara teman terhadap teman, senior terhadap
junior. Bullying tidak terjadi juga antar pelajar dan senior tapi juga kerap
terjadi oleh guru dan Mungkin saja tidak terjadi bunuh diri apabila siswa tidak
merasa dipermalukan dan disisihkan di hadapan teman sekolahnya. Pelaku bullying
biasanya merasa lebih berkuasa sehingga berani melakukan tindakan kekerasan
secara fisik maupun psikis kepada korbannya.
Penyebab terjadinya bullying bermacam-macam,
misalkan saja seperti adanya kecemburuan sosial, ingin berkuasa, meniru
tindakan kekerasan dalam film atau sinetron, dan situasi lingkungan yang
kebetulan mendukung untuk terjadinya pembullyian.
Bullying
itu sangat menyakitkan bagi si korban. Tidak seorangpun pantas menjadi korban
bullying. Setiap orang memiliki hak untuk diperlakukan dan dihargai secara baik
oleh siapapun. Bullying memiliki dampak yang negatif bagi perkembangan karakter
anak, baik bagi si korban maupun pelaku. Banyaknya dampak bullying terhadap si
korban seperti : depresi, rendahnya kepercayaan diri/minder, merasa disisihkan
dalam pergaulan, bahkan paling parah sampai ada yang melakukan bunuh diri.
Apabila dibiarkan pelaku bullying akan merasa tindakkannya tersebut tidak ada
resiko apapun bagi dirinya maupun si korban. Yang ditakutkan ketika dewasa
pelaku tersebut memiliki potensi lebih besar untuk menjadi preman ataupun
pelaku kriminal dan akan membawa masalah dalam pergaulan sosial.
Pendekatan
yang bisa dilakukan untuk mencegah kasus bullying di sekolah seperti :
meningkatkan kesadaran akan bahaya dampak dari bullying, meningkatkan
keterlibatan dan pengawasan oleh guru di sekolah serta orang tua, memberikan
dukungan dan perlindungan buat semua siswa agar mereka merasa nyaman.
Harus adanya kebijakan yang melibatkan semua
pihak mulai dari kepala sekolah, guru-guru, para siswa dan semua orang yang
terlibat dalam kegiatan di sekolah termasuk OB, Cleaning Service dan petugas
kantin. Siswa harus berkomitmen untuk tidak membully temannya sendiri, menolong
temannya yang dibully dan terlibat dalam kegiatan anti bullying di sekolah.
Daftar Pusaka
WARTAKOTA JUMAT, 18 MARET 2016
Belum ada tanggapan untuk " Kasus Pembullyan terhadap Siswa di Lingkungan Sekolah "
Posting Komentar